Kusta atau Lepra Sumber : Alodokter |
Sejak masa pandemi, hampir seluruh masyarakat fokus dalam melindungi diri dari virus covid19, hingga agak terabaikan dengan masalah penyakit lainnya.
Salah satunya dengan penyakit Kusta, bahkan sebenarnya Indonesia belum terbebas dari Kusta, termasuk dalam 3 besar didunia dengan total penderita Kusta terbanyak. Sempat terhambat kampanye pengendalian Kusta, namun untuk penanganannya tidak berhenti begitu saja, melihat masih ada penambahan penderita Kusta di Indonesia.
Kusta atau juga disebut Lepra, merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kerusakan saraf yang dikarenakan dari infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Biasanya gejalanya terlihat bercak-bercak berwarna terang atau pun kemerahan pada kulit, disertai gejala lainnya seperti mati rasa.
Selain itu juga adanya penanganan bagi penyandang disabilitas atas konsekuensi dari penderita kusta atau pun untuk disabilitas lainnya dalam kesempatan di dunia ketenaga kerjaan.
Dalam talkshow Ruang Publik kali ini akan membahas mengenai permasalahan di atas, tentunya dengan narasumber yang akan menjawab dan membahas penanganan pengendalian Kusta dan juga para disabilitas, yang berlangsung secara langsung melalui channel Youtube Berita KBR.
Dengan mengangkat tema :
GELIAT PEMBERANTASAN KUSTA DAN PEMBANGUNAN INKLUSIF DISABILITAS DI TENGAH PANDEMI
Talkshow ini di pandu oleh host
Ines Nirmala.
Hadir juga 2 narasumber yang berkompeten dalam bidangnya yaitu :
- Komarudin, S.Sos.M.Kes (wasor Kusta Kab. Bone)
- DR. Rohman Budijanto SH MH (direktur eksekutif The Jawa Pos Institute Pro-Otonomi-JPIP Lembaga Nirlabaa Jawa Pos yang bergerak di bidang otonomi daerah)
Penanganan Kusta Ditengah Pandemi.
Pada talkshow hari ini bapak Komarudin, menyampaikan beberapa hal terkait mengenai kasus Kusta dan penanganannya di daerah Bone.
Sehubungan dengan terjadinya pandemi covid19, semua kegiatan dalam pengendalian dan penanganan Kusta terjadi hambatan, dikarenakan adanya himbauan pelarangan untuk pengadaan kegiatan atau pengumpulan massa.
Tetap menjalankan program kerja dalam penanganan kasus Kusta di Kab. Bone |
Meski pun kasus Kusta yang terjadi di Bone, terjadi penurunan sekitar 28%, tetapi harus diadakan pendataan dan penanganan sebelum kembali terjadi penularan kembali lebih luas. Menurunnya prevelensi kusta karena pandemi ini, faktornya karena aktivitas tenaga kesehatan dibatasi, hingga agak sulit mendata penemuan kasus kusta terbaru.
Upaya deteksi dini dan penemuan kasus kusta pada saat awal pandemi terjadi hambatan karna tidak diperbolehkan pengunjungan dan pengumpulan massa, apapun itu pencegahan harus terus dijalankan dengan cara melibatkan kader dan petugas kesehatan melakukan pendataan mengalami gejala atau bercak2 untuk pemeriksaan di puskesmas atau balaidesa dengan menjalankan prokes.
Ada beberapa Program kerja yang dilakukan sebagai upaya penanganan Kusta, yaitu :
- Pemberian obat pencegahan kusta
- Pemeriksaan
- Survei pemeriksaan anak sekolah
- Kampanye eliminasi kusta di desa-desa.
- Memberdayakan kader kesehatan dan bidan.
Dalam pemberantasan kasus kusta selain petugas kesehatan, bapak Komarudin juga menjelaskan bahwa juga melibatkan para kader kesehatan di desa yang terlatih mau pun yang belum terlatih tentang kusta. Mereka melakukan kegiatan dengan mengambil data para penduduk yang memiliki kelainan kulit, bukan hanya tanda-tanda kusta saja, karena kusta juga di awali dengan adanya kelainan kulit, dari situ bisa di deteksi apakah termasuk kusta atau hanya penyakit kulit biasa. Hasil data tersebut yang nantinya akan di laporkan ke puskesmas. Selain itu juga dengan kegiatan penyuluhan-penyuluhan tentang kusta secara singkat.
Setiap penderita kusta yg diobati mau pun yang sudah lama di obati tetap harus dilakukan pemeriksaan fungsi saraf, tujuannya agar tidak terjadi kecacatan di kemudian nanti.
Untuk dapat mencegah kecacatan, setiap penderita kusta tahap awal harus melakukan pemeriksaan 3 hal :
Mata, apakah mengalami pandangan kabur.
Tangan, jika ada luka dan mati rasa.
Kaki, apakah telapak kaki mati rasa.
Secepatnya dilakukan pengobatan dan perawatan diri secara kontinu.
Setelah pemeriksaan harus terus rutin untuk pemeriksaan lanjutan dengan pemeriksaan fungsi saraf di puskesmas agar dapat terus dipantau.
Selain itu juga berobat secara kontinue dan terpantau perkembangannya agar penyandang kusta dapat tercegah dari kecacatan.
Penularan kusta terjadi ketika ada sumber penularan dari penderita kusta yang tidak berobat atau terlambat berobat, dapat dengan mudah menularkan ke orang terdekat. Selain itu juga berpengaruh dari sistem daya tahan tubuh, tidak akan mudab tertular kusta jika daya tahan tubuhnya kuat dan akan kebal terhadap kuman kusta.
Karena itulah protokol kesehatan yang di anjurkan pemerintah juga bermanfaat untuk pencegahan penularan penyakit kusta.
- Menggunakan masker
- Menjaga jarak
- Mencuci tangan atau menjaga kebersihan badan.
Bapak Komarudin juga menegaskan bahwa dalam masa pandemi ini, harus terus menjalankan program-program untuk pencegahan kasus kusta agar tidak lebih meluas lagi penyebarannya, karena itu seluruh Petugas kesehatan di puskesmas Bone sangat mengutamakan menjalankan protokol kesehatan di setiap kegiatan, agar kegiatan tetap berjalan dan petugas tetap aman dari covid19.
Bapak Komarudin juga menyebutkan Slogan yang biasa diterapkan untuk menyemangati para petugas kesehatan, seperti berikut ini :
“Ya Tutu Ya Upe, Ya Capa Ya Cilaka, siapa yang berhati hati akan selamat, siapa yang lalai akan celaka."
Kesempatan Berproduktif Bagi Disabilitas.
Masa pandemi mempengaruhi semua sektor kehidupan, termasuk inklusif disabilitas. Lebih mengutamakan penanganan pada kasus covid19, hingga pembahasan dan penanggulangan penyakit lainnya agak kurang perhatian.
Dan lebih sering mendapatkan fasilitas untuk penanganan covid19.
Dampak dari pandemi ini, banyak perusahaan yang mulai mengurangi tenaga kerja secara besar-besaran, jangankan yang difabel, yang non difabel saja juga terkena pemutusan hubungan kerja.
Untuk kaum difabel agak kesulitan dalam masalah hal pekerjaan, karena masih ada saja diskriminasi dalam pekerjaan.
The Jawa Pos tidak pernah membedakan dalam merekrut tenaga kerja untuk kaum Difabel |
Bapak Rohman mengatakan bahwa tidak pernah terjadi di The Jawa Pos, yang tidak mendiskriminasi teman-teman difabel dalam merekrut tenaga kerja, dan memberikan kesempatan yang sama untuk bisa berkarya.
Menurut bapak Rohman sekitar ada 8 propinsi yang masih mengalami kasus kusta, dan secara statistik memang tidak terlalu besar. Dalam hal merekrut tenaga kerja belum pernah ada mantan kusta yang mendaftar pekerjaan di The Jawa Pos, namun diberikan kesempatan yang sama untuk kaum difabel lainnya, dan di The Jawa Pos tidak pernah membeda-bedakannya.
Disampaikan juga bahwa, kaum difabel ini dilihat dari kemampuannya dalam bekerja dan berkarya dengan menunjukkan kompetensinya. Dalam hal rekrutmen melalui proses yang sama dengan yang non difable.
Yang utama adalah kemampuan kompetensinya sesuai dengan bidang yang dibutuhkan. Dimasa pandemi ini di The Jawa Pos masih ada tenaga kerja difabel yang bertahan dan juga sudah ada beberapa yang pensiun.
Kusta dapat menyebabkan disabilitas, untuk penyandang difabel karena kusta lebih terlihat dibanding dengan yang menderita covid19, jadi lebih mudah penanganannya dan pemisahannnya, karena sesungguhnya mereka dapat mampu dan berperan aktif ditengah masyarakat.
Kusta ditakuti karna cacatnya, karena itu harus tahu cara mencegah kecacatannya. Untuk Para penyandang dapat melakukan pelatihan untuk tetap bisa berproduktif misalnya dengan melakukan daur ulang barang. Juga selain itu Perlu adanya edukasi untuk penyandang dengan keterampilan online, seperti dengan berbisnis online, agar orang lain juga tidak ragu karena tidak bertemu langsung.
Mengutip dari sumber Alodokter, Untuk dapat diketahui bahwa penyakit Kusta ini dapat disembuhkan, namun harus dengan pengobatan rutin selama kurang lebih 6 bulan hingga 2 tahun, tentunya jika ditangani dari awal akan mencegah terjadinya kecacatan.
Saat ini belum adanya vaksin kusta, tetapi kita bisa mencegah tertular jika selalu menjaga kebersihan dan juga tidak ada sumber menularkan, dan hindari kontak dengan hewan pembawa bakteri kusta.
Dengan diagnosis dini dan pengobatan akan mencegah terjadinya komplikasi juga mencegah penularan.
Demikianlah, berakhir sudah pembahasan mengenai Kusta, yang sangat menarik untuk disimak. Untuk dapat menyaksikan talkshow-nya dapat mengakses Youtube Channel dari Berita KBR.
Hampir semua mata fokus pada covid-19. Mereka seolah lupa kalau masih ada penyakit menular lainnya seperti asam urat. Semoga sehat selalu ya baik yg sudah absensi pendaftaran
BalasHapusHampir semua mata fokus pada covid-19. Mereka seolah lupa kalau masih ada penyakit menular lainnya seperti asam urat. Semoga sehat selalu ya baik yg sudah absensi pendaftaran
BalasHapusternyata ada yang serius juga untuk diperhatikan, mungkin karena tidak terlalu diekspos beritanya jadi orang tidak terlalu aware dengan kusta ya :(
BalasHapusoh jadi tahap awal ada pemeriksaan awal yang harus diperhatikan seperti:
BalasHapus1. Mata, apakah mengalami pandangan kabur.
2. Tangan, jika ada luka dan mati rasa.
3. Kaki, apakah telapak kaki mati rasa.
Setuju sama komentar mba Okti Li, banyak penderita penyakit lain yang kurang diperhatikan karena covid ini. Aku baru tahu 3 gejala kusta dari postingan ini, jadi lebih aware, terimakasih sharingnya mba
BalasHapusAku kesel banget gara2 pandemi jdnya org yg ada penyakit lain yg parah2 kek kusta ini salah satunya jd kyk terlupakan, Tp untung ada webinar edukasi kyk gini ya mbak.
BalasHapusSemoga benar Indonesia kelak bisa bebas kusta. Alhamdulillah ternyata kusta bisa sembuh dengan penanganan yg tepat sejak awal ya TFS
Wah terima kasih mbak sharingnya. Jangan sampai deh ngehindarin Covid tapi lupa jaga kesehatan yang lain. Penyakit bahaya di dunia ini juga masih banyk dan sebabnya juga krena lifestyle. Semoga sehat kita semua
BalasHapusAku kurang tahu tentang penyakit kusta, akan lebih baik ditambahkan beberapa gambar referensi contoh penyakitnya kak (lebih dari 1)
BalasHapusSusah ya.. di masa pandemi, untuk penyakit yang butuh pengobatan continue kayak kusta ini jadi terbengkalai.
BalasHapusOh.. pandemi.. cepatlah berlaluu..
Baru kali ini rasanya ada seminar ttg penyakit kusta, smoga byk yg lebih aware dan tdk pandang sblah mata ttg penyakit ini ya
BalasHapusaku nggak ikutan acara ini mba, seru banget bahasannya tentang pneyakit kusta ini ya MBak
BalasHapussemoga ada edukasi lagi biar bisa ikutan. Kusta emag harus diberantas sih