Jumat, 01 April 2022

Kampanye Melawan Stigma Para Penyandang Disabilitas





Para penyandang disabilitas khususnya para penderita kusta dan juga down syndrome, seringkali mendapat perlakuan yang kurang mengenakan, selalu dibedakan dalam hal apapun. Karna pemahaman yang keliru dan timbulnya stigma hingga para penyandang disabilitas tidak mempunyai kesempatan yang setara dengan para non disabilitas.

Dalam rangka kampanye hari kusta, yang bertujuan untuk menghilangkan stigma di tengah masyarakat yang sedang terjadi, juga ikut serta para penyandang down syndrome yang banyak masyarakat menganggap sebagai gangguan kejiwaan. 


Dalam hal ini NLR Indonesia sebagai organisasi yang fokus untuk isu kusta dan pembangunan yang inklusi disabilitas juga ikut mendukung kampanye ini. Dan juga bertepatan pada peringatan hari down syndrome sedunia pada 21 maret.


Dalam memperjuangkan untuk mengakhiri stigma tersebut, mari kita simak bahasan dari live streaming Youtube Ruang Publik KBR yang dipandu oleh ka Ines Nirmala.

Juga sebagai narasumber diisi oleh :

  1. dr. Oom Komariah, M.Kes (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS)) / Ketua Pelaksana Hari Down Syndrome Dunia 2022.
  2. Uswatun Khasanah (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)) dari NLR Indonesia.





Penyandang Kusta dan Bagaimana Melawan Stigma.


Sejak umur 14 tahun mba Uswatun pernah mengalami kusta dengan kategori kusta basah, dan menjalani pengobatan di puskesmas secara gratis dan diobati kontinue selama 1 tahun.

Kusta itu sendiri sebetulnya ada 2 jenis yaitu :


  1. Kusta kering, yang pengobatannya dalam waktu 6 bulan, bercak putih kemerahan kurang dari 5.
  2. Kusta basah yang pengobatannya dalam waktu 12 bulan, dengan bercak putih kemerahan serta pembengkakan lebih dari 5


Mba Uswatun mengalami kusta basah yang di awali dengan tanda bercak putih kemerahan lebih dari 5 dan mati rasa. Lalu mba uswatun menjalani pengobatan secara rutin serta menerapkan hidup sehat. Dan untungnya keluarga mba Uswatun sendiri selalu mensupport hingga sembuh, tapi tetap mengalami stigma dan diskriminasi diluaran sana.




Ada pertanyaan dari pendengar mengenai 2 jenis kusta dan mana yang lebih berbahaya.

Menurut pemaparan mba Uswatun yaitu bahwa semua jenis kusta itu sama-sama bahaya, pengobatannya juga berbeda-beda.

Untuk menghadapi stigma dari luar, mba Uswatun dilawan dengan semangat untuk sembuh, tentu dengan rutin minum obat dan mendengarkan saran dari dokter, dan menjalani hidup sehat, serta terus berfikir positif.


"Untuk menghentikan stigma dan diskriminasi dari luar dan dalam, perlunya edukasi serta pemahaman pada masyarakat, untuk para penderitanya diberikan penguatan serta kepercayaan diri. Karena itu kampanye seperti ini bermanfaat untuk dapat diketahui masyarakat luas".


NLR Indonesia melakukan kampanyenya melalui media sosial dan penanganan kusta memiliki 3 Zero strategi, yaitu :

  1. Zero Transmisi, memutuskan rantai penularan.
  2. Zero Disabilitas, mencegah penderita dari mengalami disabilitas.
  3. Zero Ekslusif, menurunkan stigma dan diskriminasi dengan memberikan edukasi pada masyarakat.



Melawan Stigma Untuk Orang Tua dengan Anak Down Syndrome.

dr. Oom sebagai orang tua dengan anak down syndrome juga memaparkan seperti apa down syndrome itu. Saat beliau masih belia, pernah mendengar bahwa down syndrome itu dianggap sebagai penyakit kejiwaan dan sering dikatakan idiot yang tidak bisa melakukan aktivitas apapun, hingga membuat para orang tua yang anaknya mengalami down syndrome merasa malu atau menarik diri. Apalagi para orang tua kebanyakan mendapatkan informasi yang salah tentang down syndrome, yang mengakibatkan anak dengan down syndrome tidak mendapat perlakuan yang baik, tidak adanya stimulasi untuk tumbuh kembangnya karna selalu banyak diam didalam rumah, yang membuat mereka jadi tidak bisa melakukan aktivitas apapun, hingga pertumbuhannya pun ikut terlambat.


Bukan hanya itu keluarga terdekat pun bersikap menjauhi anak tersebut. Sampai saat ini stigma tersebut masih terjadi ditengah masyarakat, namun telah berkurang sejalan dengan seringnya mengkampanyekan sosialisasi tentang down syndrome.





Sebagai perwakilan dari POTADS sendiri, dr. Oom pun mendirikan POTADS untuk memberikan informasi terlengkap mengenai down syndrome dengan menyediakan paket newborn yang berisi buku panduan segala informasi tentang down syndrome, terapi dan pengobatan yang dijalani juga penyakit penyerta.


POTADS bertujuan untuk memberdayakan  orang tua dengan anak down syndrome untuk dapat mengoptimalkan pertumbuhan anak, melalui seminar edukasi mencakup terapi dan pengobatannya.


Selain itu juga POTADS memiliki Rumah Ceria Down Syndrome, yang isinya memiliki kegiatan pelatihan untuk anak down syndrome seperti pelatihan art & craft, pelatihan bermain musik, kegiatan memasak dan juga kegiatan olahraga serta ada kelas barista.


POTADS sendiri sudah memiliki 10 cabang di kota besar hingga di daerah, yang berpusat di Jakarta.

Lebih lanjut bisa melalui semua media sosial facebook Potads, instagram @potads

www.potads.or.id

Wa admin 081296237423


Menurut dr. Oom Untuk melawan stigma yaitu berdamai dengan diri sendiri yang tentunya ga mudah, harus cepat tersadarkan dan juga mencari komunitas dengan permasalahan yang sama supaya bisa saling berbagi informasi dan saling mendukung.


Selain itu disarankan untuk ke dokter anak agar tumbuh kembangnya terkontrol dan mendapat pengarahan dari dokter, karna bisa jadi anak down syndrome akan mempunyai penyakit penyerta agar cepat diketahui dan cepat ditangani. 

Dan tentu pastinya ada rasa kekhawatiran pada orang tua mengenai masa depan anaknya dengan down syndrome, jangan pernah takut dan jangan pernah terlalu lama di fase rasa bersalah yang dapat membuat anak down syndrome tidak akan bisa melakukan apapun, yang akan membuat anak tersebut lebih jauh lagi tertinggal fase pertumbuhannya.

Intinya semua tergantung dari orang tuanya, jika cepat bertindak tentu akan membantu anak down syndrome bisa tumbuh optimal, dengan rutin memberikan stimulasi yang terus diulang dirumah.


Yang telah dilakukan POTADS untuk melawan stigma, yaitu dimulai dari diri kita sendiri, dari orang tua anak down syndrome, dengan mengoptimalkan kemampuan anak tersebut dengan belajar mengarahkan si anak sesuai kemampuannya.

Juga melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan dan juga institusi kesehatan, untuk dapat mensosialisasikan ke masyarakat bahwa anak down syndrome bisa melakukan aktivitas yang org lain bisa lakukan.


Pesan dari POTADS untuk melawan stigma, yaitu dengan menunjukkan pada dunia dan yakin bahwa semua dapat sembuh, dan dimulai dari diri sendiri, dan selalu tetap semangat dengan bergabung dengan komunitas, ambil ilmu dan informasinya.


Seperti tagline Potads "Aku Ada Aku Bisa".




Tidak ada komentar:

Posting Komentar