Senin, 12 Desember 2022

Membangun Minat Baca Pada Warga Boja.

 

Pondok Baca Ajar



Membaca merupakan jendela dunia, dimana buku bacaan dapat memberikan informasi dan wawasan luas. Dari membaca kita dapat belajar dan mengetahui informasi apapun.
Karena itu pentingnya membangun minat baca di mulai sejak kecil, agar kegiatan membaca ini dapat terbiasa oleh anak-anak, apalagi ditengah maraknya penggunaan gadget bagi anak-anak hingga mereka lebih asik memilih gadget ketimbang membaca.
Juga ada faktor lain yang membuat anak-anak dan masyarakat menjadi minimnya minat membaca.

Seperti yang terjadi di wilayah Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tegah, rata-rata masyarakatnya hingga anak-anak agak kurang dalam hal minat membaca, tentunya ini dikarenakan minimnya akses ruang membaca yang berakibat ketinggalan dalam dunia pendidikan. Ini terlihat bahwa kebanyakan anak-anak wilayah ini tidak melanjutkan jenjang sekolahnya, hingga bisa dihitung dengan jari anak yang masih mau melanjutkan ke tingkat SMA hingga kuliah. Situasi itu dikarenakan bahwa masyarakat setempat beranggapan bahwa, mencari kerja dianggap lebih penting daripada lanjut sekolah.

Pada kesempatan kali ini aku akan membahas mengenai kisah inspiratif dalam menumbuhkan minat baca pada penduduk sekitar wilayah Boja, dengan melakukan beberapa kegiatan seru dan juga mendirikan rumah baca untuk masyarakat dan juga untuk anak-anak.


Kisah inspiratif ini diangkat dari salah satu Profil Penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2011.


Heri Chandra Santoso


Kenalkan....namanya Heri Chandra Santoso, salah satu warga yang tinggal di wilayah Boja. 
Pria kelahiran Kendal, 22 Mei 1982 ini merasakan keprihatinan mengenai turunnya minta baca di daerahnya.
Heri Chandra Santoso merupakan lulusan dari Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang, bekal dari ilmu yang didapatkannya itu, timbullah inisiatif Heri untuk mendirikan pondok baca ajar di daerah tersebut.
Heri pun tak sendirian, dibantu oleh seorang sahabatnya yang bernama Sigit Susanto seseorang yang sudah lama tinggal di Swiss bertahun-tahun dan juga sama-sama dengan minat yang sama pecinta sastra.

Di tahun 2006, Heri bersama sahabatnya itu mendirikan taman bacaan serta perpustakaan dengan nama Maos Guyub, dan secara gratis untuk setiap warga dapat menikmati buku bacaan disana.
Rumah baca ini berasal dari rumah tinggal milik Sigit, yang secara sukarela diberikan untuk dijadikan pondok baca ajar, juga dijadikan sebagai padepokan sastra untuk masyarakat sekitar.
Rumah ini berlokasi di Jalan Raya Bebengan 221, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Buku yang tersedia di awali dengan buku-buku koleksi pribadi dari Heri dan Sigit, dengan buku-buku bertema umum dan juga bertema sastra. Tanpa diduga ternyata warga sangat antusias, dibuktikan dengan jumlah kunjungan warga yang datang ke perpustakaan sekitar 40-50 orang pada setiap harinya. Dengan situasi seperti ini, Heri dan Sigit pun mulai memikirkan ide lain agar Perpustakaan lebih hidup dan dinamis, mereka ingin diadakan kegiatan ditempat ini, agar Pondok baca ini tidak hanya untuk membaca buku saja. Dengan diadakannya kegiatan seperti ada diskusi buku, atau pun sekedar sharing pengalaman dan juga kegiatan belajar bersama.

Hingga pada akhirnya di tahun 2008 pondok bacaan tersebut diubah namanya menjadi Pondok Maos Guyub dan sekaligus menjadi wadah Komunitas Lereng Medini (KLM) sebagai komunitas para pecinta dan penikmat sastra. Nama Medini sendiri diambil dari nama sebuah perkebunan teh Medini di lereng sebelah barat Gunung Ungaran.

Ditempat ini sudah memiliki beberapa kegiatan seru lainnya, seperti :
  • Bedah Karya Sastra
  • Musikalisasi Puisi
  • Pentas teater
  • Bulan bahasa
  • Parade sastra

Beberapa potret kegiatan
(Pic from Satu Indonesia Awards)


Di salah satu kegiatannya yaitu diadakannya Kelas reading group atau klub baca yang rutin diadakan setiap hari Minggu pagi, di tempat-tempat tertentu dan berpindah-pindah. Juga mengenalkan puisi dengan kegiatan Jemuran Puisi, agar masyarakat dapat dekat dengan puisi.

Agar lebih dekat dengan masyarakat lainnya dalam mengenalkan karya sastra, Heri juga melakukan kegiatan seru lainnya yaitu dengan kegiatan Sastra Sepeda, dengan bersepeda keliling kampung mengenalkan karya sastra.
Dari kegiatan yang ada, ternyata disukai oleh semua warga, termasuk warga dari luar Boja. Dan para warga pun dengan sukarela ikut berpartisipasi dengan memberikan sumbangan buku-buku, hingga koleksi buku dari pondok baca tersebut jadi bertambah banyak sekitar 3000 judul buku.

Agar lebih semarak lagi, Heri pun terus membuat kegiatan lainnya, dengan mengadakan Kemah Sastra pada tahun 2014, yang ditetapkan sebagai acara tahunan. Tentunya kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan para penikmat sastra dengan para maestro sastra. Acara kegiatan ini juga melibatkan sekolah yang ada di sekitar Kendal melalui mengirim perwakilan siswa sebagai peserta acara tersebut.

Dan tidak hanya itu saja, dalam membangun terus minat baca, diadakannya Wakul Pustaka, yaitu menaruh buku dalam wadah nasi dari anyaman bambu yang akan diletakkan pada setiap warung-warung sekitar Boja, yang rutin juga mengganti buku-bukunya setiap 1-2 bulan sekali. Tentunya dengan respon yang bagus dari para pemilik warung, mereka jadi lebih dekat dalam membaca buku, bahkan ada permintaan dari pemilik warung, agar bukunya ditambahkan dengan buku-buku tema anak, karna mulai ada perubahan anak-anak sudah mulai tertarik gemar membaca.

Dan sampai saat ini, kegiatan-kegiatannya masih terus berjalan, salah satunya kelas rutin reading group, sudah menyelesaikan membaca 3 novel, yaitu :
  1. The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway
  2. Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
  3. Metamorfosa Samsa karya Franz Kafka.


Dengan adanya pondok baca yang dibangun oleh Heri dan sahabatnya itu, membuat warga terbangun kembali minat bacanya, dan sekaligus mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih peduli dengan dunia pendidikan.

Hasilnya, perekonomian di wilayah ini menjadi semakin meningkat dan juga meningkatkan tingkat pendidikan karna sudah banyak warga yang mengenyam pendidikan sampai dengan perguruan tinggi.

Kisah nyata yang sangat menginspirasi dalam membangun minat baca, hingga peduli akan dunia pendidikan, dan dengan langkah yang nyata membuat kesadaran masyarakat pentingnya membaca dan mengenyam pendidikan yang dimulai sejak dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar