Rabu, 15 Juli 2020

Mental Hearth Survival Single Fighter

Picture from google


Menghadapi situasi seperti saat ini dengan adanya pandemik yang membuat kita diharuskan #dirumahaja selama beberapa bulan, merupakan hal terberat, hingga hampir perekonomian menjadi lesu dan menurun. Apalagi yang dialami oleh seorang "single fighter" tentu akan terasa lebih berat menghadapinya. 

Kali ini aku akan bahas tentang "Mental Hearth Survival Single Fighter" dengan narasumber Runi Rulanggi, M.Psi., seorang psikolog.

Kak Runi adalah seorang psikolog yang memang lebih banyak memberikan perhatian pada isu-isu kesehatan mental, juga sudah berpengalaman dalam menangani masalah perkembangan anak hingga isu dalam keluarga.

Situasi saat ini bisa dikatakan merupakan tantangan untuk kita semuanya, apalagi buat seorang "single mom". Tentu menghadapi hari-hari #dirumahaja tidak mudah dijalani seorang diri, butuh yang namanya teman agar bisa saling "sharing", dan tetap bisa menjaga kesehatan mental kita dan dapat beradaptasi karena pandemik virus corona ini.

Picture from google

Seorang "single fighter" biasanya sering menghadapi rasa kesepian atau feeling lonely dan merasa seperti ga berharga, namun kenyataannya ga seperti itu, semua berhubungan pada mindset kita, dan perlu diarahkan ke arah yang lebih positif.

Menghadapi kenyataan pahit sebagai “single mom” disaat seperti sekarang ini, misal terkena PHK, tentu jangan langsung berpikir negatif yang akan menyebabkan terganggu mental kita dan mudah stress mengakibatkan menjadi berantakan segalanya. Yang utama tetap relaksasi, dengan menenangkan pikiran dan dapat melakukan hal positif dengan menyusun goal setting, dan memulai langkah baru kedepannya. Untuk itu bisa memulai dengan maintain untuk kondisi darurat saat ini, ubah pola gaya hidup menyesuaikan keadaan dan kencangkan sabuk keuangan serta mencari peluang alternatif lainnya.


Menjadi ibu itu butuh banget perjuangan, disaat pandemi yang mengharuskan anak-anak SFH atau "school from home" tentu akan menjadi tambahan beban. Ditambah dengan harus menjalani WFH atau "Work From Home". Jangan langsung stress duluan, langkah pertama tarik panjang, dan mulailah menyelesaikan satu persatu pekerjaan dan kewajiban. Dan sembari mengajak anak untuk dapat terlibat dalam urusan rumah, serta memberi pemahaman buat anak. Kalau keinginan kita agar anak mau rajin membantu kita, tentu kitanya juga harus lebih rajin, anak adalah cerminan dari kita juga.
Masalah lainnya yang dihadapi "single mom" kadang suka terbesit terkenang kembali sang mantan, apalagi dimasa sekarang ini kita semakin repot melakukan segalanya sendiri, hingga terkenang mantan suami yang dulu sering membantu. Tentu harus ikhlas, anggap ini latihan agar kita bisa hidup mandiri tanpa dukungan suami. Jadikan momen ini sebagai training kita untuk siap menghadapi masa depan. Alihkan pikiran kita dengan menata hidup kembali, lakukanlah aktivitas yang membuat kita dapat enjoy.

Picture from google

Untuk dapat mendukung kepada para "single fighter" tentu dapat dimulai dengan hal terkecil dengan menggunakan media membuat group suport yang berisi saling sharing.  Suport dengan mendengarkan keluhan mereka, beri dukungan, dan memberi alternatif solusi sebisa kita. Jika sudah terlalu berat bisa melibatkan profesional yang siap membantu. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang menerima kita apa adanya.

Kita sebagai sesama perempuan, mau apapun itu keadaannya harus bisa saling suport satu sama lain. Tetap semangat melangkah ke depan mencari lingkungan yang sehat, dan menjadi teman buat sesama perempuan apalagi buat "single Fighter".

Kak Runi juga mengingatkan untuk mampu beradaptasi dengan "new normal life" yang kita hadapi saat ini.Selain itu kita juga harus dapat berdamai dengan kondisi saat ini, tentu juga tetap berhubungan baik dengan orang yang kita sayangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar